Mengapa Aku Harus Menulis?
Karya : M. Ridwan Arif

Menulis, yup, bagiku
adalah sebuah proses dimana kutuangkan semua rasa ini yang kian datang
untuk membebani dalam pikiranku. Seakan inilah obat yang aku minum di
kala rasa pusing, pening, bahkan saat stress datang untuk menghampiriku.
Aku bukanlah seorang yang pandai dalam ilmu sastra, namun aku mencoba
untuk bisa membuat sebuah tulisan yang kelak akan bermanfaat untukku,
bahkan untuk orang lain.
Mengapa
aku menulis? Itulah pertanyaanku selama ini menghantui di pikiranku?
Bukankah setiap orang melakukan segala sesuatu pasti ada alasan? Tapi
mengapa dengan diriku? Aku hanya melakukan segala sesuatu untuk kepuasan
batinku. Tapi, apakah semua hal yang kita lakukan harus dengan alasan?
Dan apakah seorang pujangga harus mempunyai alasan pula untuk bisa
mencintai seseorang wanita, yang dicintanya? Jika hal itu terjadi
bagaimana jika seseorang yang kita cintai tidak sesuai dengan yang kita
inginkan? Apakah hal itu harus memerlukan sebuah alasan pula untuk
mencintainya?
Kucoba
untuk mendalami kegemaranku, kutuliskan berbagai materi atau bahkan
kisah-kisahku yang pernah aku alami. Kudapatkan berbagai motivasi untuk
menulis dari seorang guru, guru yang tak pernah mendapatkan gelar
sebagai guru. Adalah seorang pendongkrak motivasi yang kian tiada henti
untuk memotivasiku agar terus berkarya. Pernah aku berpikir, bagaimana
aku harus membalas jasanya, apakah dengan materi aku bisa? Tapi hatiku
lagi-lagi menjawab, tidak, materi tak akan cukup untuk menggantikan
jasanya padaku. Mungkin, hanya dengan menulislah aku dapat meneruskan
ilmu yang ia wariskan padaku, dengan berkarya dan mengajarkan ilmunya
mungkin aku bisa membalas?
Suatu
ketika aku berkunjung ke rumahnya, hari itu aku berkunjung bersama
temanku, tepatnya sahabat sekaligus guru spiritualku, Heikal. Tanyakan
padanya bagaimana untuk bisa menulis, dan kenapa seseorang menulis,
“seseorang melakukan segala sesuatu pasti berawal dari sebuah
pertanyaan, begitu pula dengan menulis, mengapa seseorang menulis? Ia
pasti ingin menjawab pertannyan yang ada dalam dirinya.”
“Lalu
bagaimana untuk bisa mendapatkan pertannyaan itu?” sahutku dengan rasa
penasaran. “Mainkan imajinasimu, pasti seseorang memiliki sebuah
pertannyaan, tapi kamu bisa atau tidak untuk mengungkapkan pertannyaan
tersebut untuk menjadi sebuah tulisan.” Jawabnya sigap dengan cekatan ia
menjawabkan pertannyaan ku, seakan-akan ia sudah sangat berpengalaman
untuk hal ini. Memang ku akui, baru pertama kalinya kucoba untuk
menuliskan sebuah tulisan yang dibaca oleh orang lain. Kucobakan untuk
menuliskan sebuah tulisan,, ya.., meskipun tanpa ada karangan, tepatnya
langsung kucoba. Aku hannya bisa menuliskan beberapa kata yang mungkin
tidak atau bahkan sangat berantakan dan tak beralur. Dari pengalaman
tulisan pertamaku aku mencoba untuk meneruskan untuk mencoba dan
berusaha untuk menekuni bidang ini, bidang yang asing bagiku, dan baru
kali ini aku mencoba untuk menekuni pekerjaan penuh tantangan yang
tampak maya, tak terlihat.
*******
Kumulai
menuliskan kisahku malam ini, kulakukan semua pekerjaan sehari-hariku
dengan pasti, dan tampak sempurna. Hari ini tampak sangat berbada, hari
tampak tak seperti biasanya aku mulai menyadari apakah arti dari semua
pekerjaan yang kulakukan. Namun, hal itu tercoreng dengan sikapku yang
lambat hari mulai buruk, tampaklah sikap asliku sebagai seseorang yang
memiliki watak keras dan penuh humoris. Kumulai menulis sebuah kata,
kata yang mungkin bisa mewakilkan perasaanku saat ini. Aku tak sering
menuliskan sebuah cerita dengan alur seperti ini, entah apa yang
mempengaruhi pikiranku? Hanya rasa salah dan berdosa yang ada dalam
pikiranku, aku hanya menulis seadanya sesuai dengan apa kata hatiku.
Tak
seorangpun yang mengetahui, apa isi hatiku, karena aku mencoba untuk
menyimpan dalam-dalam perasaan ku. Menulis? Ya, itu adalah obat bagiku,
ku muntahkan semua rasa kesal, kecewa, sedih, gembira, senang, bahagia,
atau apapun itu, yang terfikir olehku hanyalah menuangkan rasaku pada
sebuah tulisan, tulisan yang tak tampak hidup, tapi menjadi nyawa bagi
seseorang sepertiku, lagi-lagi aku berfikir, mengapa harus kutuangkan
segala perasaanku pada tulisan? Apakah tak seorangpun mau untuk
mendengar keluh-kesalku? TIDAK!, bukan pertannyaan seperti itu yang bisa
menjawab, namun hatiku seakan kurang percaya atas semua orang yang ada
disekelilingku, lalu, apakah aku salah apabila harus menuangkannya dalam
sebuah tulisan yang tak tampak nyata ini? Hatiku terus bertannya,
sebenarnya mengapa aku harus menulis?
Lagi-lagi
hanya dengan tulisan ini, tulisan yang mewakili sekian banyak kisah
yang telah kulakukan sekarang ini, atau bahkan esok hari, pun selama aku
masih ingin mencurahkan semua perasaan ini kepada sebuah tinta hitam
yang melukiskan berbagai kata dalam sebuah bentang kertas putih yang tak
tampak gelap, aku akan melakukan. Semua yang tertulis melambangkan
semua yang telah kulakukan, kumencoba untuk merangkainya, apakah kelak
aku akan tetap begini? Hanya hidup dengan berbagai tulisan kisah hidupku
yang telah lalu?
Menulis,
adalah hoby yang menyenangkan..? namun, sayangnya tidak semua orang
bisa mendukung aktifitasku ini, entah karena apa? Ada seseorang yang
melarangku karena beliau sangat kawatir, jika waktuku habis hannya untuk
menulis dan akhirnya semua aktifitasku akan terhambat, termasuk
aktifitas belajarku. Tapi, menurutku hal tersebut amat sangat tidak
berpengaruh padaku, bahkan aku bisa mendapatkan nilai tambah. Tapi
entah, kenapa ya..? tapi aku tetap ingin aku pertahankan hobyku yang
satu ini, mungkin karna aku sangat cinta, bahkan sangat suka dengan hoby
yang satu ini. Suatu ketika aku memulai aktifitasku didalam kamar, “lagi nyapo le?”, lantas aku sangat kaget mendengarkan suara itu, “ndak lek,cuman mau nulis!” jawabku seadanya.
“Nulis opo maneh..?”, jawabnya penuh tannya, “ndang dipateni, wes wengi!”, lanjutnya. Aku hannya bisa mengiyakannya, padahal ingin sekali aku untuk melanjutkan cerita yang aku tulis dua hari yang lalu.
*******
Pagi mulai terik, matahari mulai datang untuk membangunkanku. Tiba-tiba terdengar suara memanggilku, “wan, tangi! Wes sholat gung?”,
lantas aku segera melihat jam dinding dikamarku, “oh, tidak!, aku
terlambat bangun”, teriakku saat itu. Aku kaget bukan main karena jam
sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Tanpa basa-basi aku langsung meloncat
dari kasurku dan memulai aktifitasku yang sangat terlambat kumulai hari
itu. Tak lupa sebelum aku berangkat sekolah, aku sempatkan untuk
menulis, tepatnya melanjutkan ceritaku semalam, yang terputus oleh rasa
ngantuk yang bukan main.
Kisah
yang kutuliskan saat ini sangat berbeda, karena saat ini aku menuliskan
tentang CINTA!, sesuatu yang sangat sering dipuja oleh setiap orang,
mungkin terasa biasa untukku, dalam hatiku sempat bertanya-tanya apakah
afdol seseorang menuliskan tentang CINTA, sedangkan dia belum pernah
mengungkapkan persaan CINTAnya kepada pujaan hatinya?
Tapi,
aku membuang jauh-jauh tentang pertannyaan yang ada dalam benakku.,
saat ini aku baru merasakan bagaimana perasaan CINTA itu ketika
menghampiri hati kita, ufh, rasanya sangat salting hati ini, perasaan yang sangat aneh, mungkin karena aku baru saja merasakan perasaan itu.
Kisah
CINTA ku ini kumulai saat aku berjalan ke perpustakaan sekolah, saat
itu tak sengaja aku menjatuhkan buku seorang teman, ya aku masih
menyebutnya teman saat ini, entah esok hari? Ketika aku hendak
mengambil, tangannya memegang tanganku.,,, dalam hati aku berdo’a, Ya
Tuhan., terimakasih kau telah mengirimkan bidadari untuk hambamu ini.
Wajahnya terasa sangat sempurna, tangannya sangat halus seperti sutra
istimewa yang sangat halus. Ketika kutatap matanya, arrgh...,
sungguh menggoda imanku saja. Bagaimana tidak? Bulu-bulu dimatannya
terlihat sangat lentik dan lagi-lagi tidak ada kata lain selin so perfect.
Mungkin
itu pertemuan pertama dan terakhir, fikirku. Tetapi, tuhan sangat baik
hati terhadap diriku, yang sangat aku heran ternyata ia adalah temanku
satu kelas! Dia anak baru, pindahan dari luar kota. Aduuh,,.. jadi salting terus
ketika dikelas, pelajaran yang diterangkan terasa lewat begiu saja
tanpa ada yang terekam diotakku sedikitpun, yang terisi hanya
pertannyaan tentang wanita tersebut, siapa namanya? Dimana rumahnya? Dan
berapa nomor telfonnya?, entah kenapa hari ini jadi sangat aneh.
Teeeeet...., jam
istirahat telah tiba, kuberanikan diriku untuk berkenalan dengannya.
Aku terlihat sangat gugup ketika berbincang-bincang dengannya. Tak
kusangka ia tampak terlihat antusias dengan perbincangan kami. Aku mulai
menannyakan sesuatu tepatnya pertannyaan tentang dirinya.
Ternyata
namanya Linda, seorang wanita yang berasal dari Bandung. Dia sangat
ramah, baik hati, dan tampaknya cerdas juga. Aku mulai tertarik dengan
kepribadiannya, perilakunya begitu anggun dan tuturkatanya sangat sopan.
Malam ini aku berencana untuk mengajaknya, kebetulan ini adalaha hari sabtu. Ternyata ia menerima ajakanku dengan senang hati. Emmbh..,, senangnya hati ini ketika mendengarkan perkataan “iya” dari mulutnya.
Tepat
pukul 7 malam, ponselku berdering, tanda sebuah pesan masuk. Ternyata,
itu adalah sebuah pesan dari wanita yang aku dambakan, ya malam itu
Linda mengirimkan sebuah SMS kepadaku, “Ridwan, aku tunggu di KTS ya!”, aku
langsung berangkat menuju kesana. Ternyata disebuah restoran tempat
kami janjian pagi tadi Linda sudah duduk manis, menunggu ku. “Hai Linda,
apa kabar?”, sapaku memulai percakapan kami, “oh, ya,kamu sudah datang
ya?”.
Malam
itu kami menghabiskan malam bersama, aku menceritakan kota Kediri
padanya, maklum, ia baru mengenalnya. Dia sangat menyimak penjelasan
yang kuberikan.
Tak
terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku memutuskan untuk
mengajaknya pulang, ia pun sudah nampak capek, mungkin karena aktifitas
pagi tadi yang sangat penuh.
Pertemuan
malam itu menjadi awal dari kisah cintaku padanya, ya, pada seorang
gadis yang bernama Linda, seorang gadis yang berasal dari kota kembang,
Bandung. Wanita yang tak pernah ku kenal sebelumnya, wanita yang hadir
tanpa kusadari, ya, mungkin memang seperti itulah aku mendapatkan CINTA
pertamaku, CINTA dengan seorang gadis bernama LINDA..
*******
Kediri, 25 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar