Mata Gadis Palestina
Karya : Mochamat Santoso

Suatu hari, ketika al viva sedang membantu ibunya mencuci pakaian,
dengan polosnya al viva kecil itu bertanya kepada ibunya “bu kenapa
keluarga kita tidak bisa diterima oleh orang-orang sekitar, dan kenapa
aku tidak mempunyai teman di desa ini ?”. ibu al viva hanya terdiam
mendengar pertanyaan anaknya itu dan lekas menjemur pakaian yang
selesai mereka cuci.
Senja
mulai menyelimuti desa itu, tiba saatnya ayah al viva pulang berdagang
dari pasar. Al viva pun menunggu ayahnya di depan pintu rumah. Dari
kejauhan terlihat sosok pria berjalan mendekat sambil membawa sesuatu
dipundaknya, tanpa ragu al viva pun menghampiri pria itu yang ternyata
ayahnya dan langsung membantu ayahnya membawa sayuran sisa yang tidak
terjual. “yah mana sayurnya biar aku yang bawa!!” kata al viva kecil
sambil menarik-narik baju ayahnya. “memangnya kamu kuat membawanya nak
??” jawab ayah al viva sambil menurunkan sayuran dari pundaknya. “pasti
kuat yah!” jawab al viva sambil membawa sayuran di kiri dan kanan tangan
kecilnya.
Sementara
itu ibu al viva sedang menanti mereka di dalam rumah, duduk terdiam
menghadap kearah jendela depan ruang tamu. Dan yang ditunggupun datang
dengan membawa sisa sayuran yang tidak terjual. Sesegera mungkin ibu al
viva menghampiri mereka berdua dan langsung membawa sayuran sisa ke
dapur untuk dijadikan makanan pada hari itu. Al viva pun dengan cekatan
segera menyuruh ayahnya untuk duduk dikursi tua yang sudah tua dan tanpa
disuruh al viva pun memijat pundak ayahnya yang kelelahan pulang
berdagang dari pasar. “yah cepetan duduk, biar aku pijat pundak ayah,
ayahkan capek!!!” kata al viva dengan keluguan wajahnya.
Tidak
lama kemudian ibu al viva datang menghampiri mereka dengan membawa
sepiring sayur tanpa ada nasi disebelahnya. Tanpa ragu al viva dan orang
tuanya melahap sayur tersebut.
Keesokan
harinya, ayah dan ibu al viva bekerja seperti biasa. Al viva pada hari
itu memutuskan untuk bermain keluar rumah, dia melihat teman-teman
sebayanya bermain dengan riang gembira bersama-sama. Al viva pun mencoba
mendekat dan berharap dia diajak bermain bersama-sama dengan mereka.
“hai teman-teman, mau nggak main sama aku?” ucap al viva dengan wajah
yang mengharap. “memang kamu siapa berani bermain sama kita, kamu anak
orang miskin, tahu diri dong, pergi sana dasar miskin!!” kata
teman-teman al viva. Mereka pun mengusir al viva dan mendorongnya hingga
terjatuh. Al viva menangis dan berlari menuju jalan raya. Dia berhenti
disebuah pertigaan, karena dia melihat sekor kucing yang kesakitan
karena baru tertabrak motor. Tanpa ragu al viva membawa kucing itu
kerumahnya, untuk diobati dan dia pun berjanji akan merawat dan
memelihara kucing itu.
Sesampainya
dirumah, al viva menunjukkan kucing yang ditemukannya kepada ibunya
yang sedang mencuci baju. Ibunya terkejut saat melihat anaknya sedang
membawa seekor kucing cantik, ibu al viva mengira kalau anaknya
mencuri kucing itu, tapi dalam sisi lain ia tak percaya kalau anaknya
mencuri. “nak, kamu dapat kucing cantik ini dari mana, apakah kamu
mencurinya??” Tanya ibu al viva. “ tidak bu, aku tak mungkin
mencuri..aku menemukan kucing ini di jalan sedang kesakitan, lalu aku
membawanya pulang untuk diobati” jawab al viva. “oooo…seperti itu, ya
sudah kalau begitu, cepat kamu ambilkan kain bekas dan perban di kaki
yang sakit!!” perintah ibu al viva.
Al
viva pun bergegas mengambil kain bekas dan segera memperban kaki kucing
itu. Akhirnya dengan ketekunan al viva dan keluarganya dalam merawat
kucing itu, kucing itu pun sembuh dan bisa berjalan lagi. Setiap hari al
viva pun, dihabiskan dengan bermain dengan kucing yang ditemukannya.
Al viva merasa baru kali ini dia bisa bermain dengan riang, meskipun
dengan seekor kucing. Beberapa bulan setelah kucing itu ditemukan,
kucing itu pun menghilang dengan tiba-tiba, al viva pun merasa sangat
kehilangan. Ia mencari kesana-kemari tetapi hasilnya nihil. Tak terasa
sudah 1 tahun kucing al viva menghilang, dan al viva pun mulai bisa
melupakan kucing kesayangannya itu. Hari demi hari dilewati al viva dan
keluarganya dengan sangat berat.
Pepatah
pernah mengatakan bahwa hidup manusia itu seperti roda yang berputar,
kadang diatas dan kadang pula dibawah. Tapi tidak dengan kehidupan al
viva kecil, ia selalu dihujat oleh orang-orang sekitarnya.
Tanggal
13 agustus 1994, hari terasa lebih cepat di Negara bagian Palestina.
Malam menyelimuti desa tempat al viva tinggal. Dari kejahuan samar-samar
terdengar suara gemuruh yang sangat menakutkan al viva dan keluarganya
mencoba melihatnya dari belakang jendela ruang tamu. Al viva dan
keluarganya melihat segerombolan orang tak dikenal datang dari depan
gang menuju rumah al viva dengan membawa senjata tajam. Al viva merasa
ketakutan, dengan spontan ibunya memeluknya, ayah al viva pun
memberanikan diri untuk keluar rumah. Ibu al viva pun sudah melarang
suaminya untuk keluar karena segerombolan orang itu membawa senjata
tajam, tetapi ayah al viva pun nekad untuk keluar rumah.
“diaaaaar….”terdengar
suara tembakan, peluru itu pun mengenai dada ayah al viva, dan
seketika ayahnya tersungkur ke tanah dengan berlumuran darah. Di dalam
rumah al viva dan ibunya sangat ketakutan, ibu al viva seketika menyuruh
al viva besembunyi di bawah meja ruang tamu mereka. “al viva cepat kamu
bersembunyi di bawah meja itu!!!!”suruh ibu al viva kepada gadis kecil
itu. “ibu aku takut sekali…”ucap al viva kepada ibunya. Al viva pun
segera bersembunyi dibawah meja dengan berlinangan air mata melihat
secara langsung ayahnya dibunuh oleh orang-orang tak dikenal. Ibu al
viva berlari menuju suaminya yang tertembak oleh orang-orang itu, ia
memeluk suaminya yang berlumuran darah, dengan berlinangan air mata.
Tiba-tiba dari arah belakang muncul seorang laki-laki berbadan tegap
membawa pistol di tangan kanannya. Tanpa ragu laki-laki itu pun
menembaki ayah dan ibu al viva yang tidak tahu apa-apa. Didalam rumah al
viva pun terdiam, berlinangan air mata melihat orang tuanya dibunuh
dengan kejamnya. Tapi untungnya keberuntungan saat itu sedang ada pada
diri al viva. Orang-orang jahat itu tidak masuk kedalam rumah dan
membunuhnya.
Pada malam itu hidup al viva mulai tidak karu-karuan…..
Perputaran
waktu membawanya menjadi seorang gadis remaja yang tidak tertata
hidupnya. Agar al viva bisa bertahan hidup, dia relakan untuk menjual
tubuhnya ke laki-laki hidung belang. Al viva mulai banyak dikenal orang
sebagai pekerja seks, al viva tidak menghiraukan apa kata orang
kepadanya.
Hari
demi hari pun dilaluinya dengan seorang diri tanpa ada orang terkasih
disampingnya, sehingga membawa al viva ke lubang hitam kehidupan.
Sampai saat ini al viva tetap menjadi pekerja seks komersial. Tapi
hanya satu yang bisa menyadarkannya, yaitu Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar